Menelisik Museum Mpu Tantular



Sejarah merupakan cerita masa lalu yang penting untuk kita ingat. Seperti quote yang dibunyikan Bung Karno “JAS MERAH” yang merupakan kependekan dari jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Ya, memang benar adanya, karena sejarah merupakan warisan dari budaya. Banyak situs dan benda-benda yang telah ditemukan di seluruh daerah Indonesia ini, dengan begitu harus ada tempat untuk menyimpan dan merawat benda-benda tersebut agar tidak rusak begitu saja dan dapat menjadi objek pembelajaran bagi banyak masyarakat, tempat tersebut adalah museum. Begitu banyak museum yang ada di Indonesia hal tersebut karena di setiap daerah Indonesia memiliki sejarah yang berbeda-beda.
Di Jawa Timur sendiri memiliki Museum Negeri Provinsi Jawa Timur Mpu Tantular yang beralamatkan di Jl. Raya Buduran - Jembatan Layang, Prasung, Buduran, Kabupaten Sidoarjo. Museum Mpu Tantular ini dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Timur. Museum ini juga memiliki cerita sebelum resmi berstatus sebagai museum negeri. Awalnya museum ini bernama Stedelijk Historisch Moeseoem Soerabaia, dirintis oleh seseorang jurnalis yang menyukai sejarah bernama Von Faber yang berkebangsaan Jerman pada tahun 1933. Karena tempat awalnya dirasa kurang luas, maka museum tersebut berpindah tempat yang lebih luas di daerah Jalan Pemuda no.3 Surabaya. Namun sayang sebelum keinginan Von Faber terwujud sepenuhnya, beliau lebih dahulu meninggal. Sepeninggalan sang perintis, Von Faber, museum tersebut tidak terawat dan banyak koleksi museum yang hilang serta rusak. Namun setelah itu, timbul kepedulian terhadap museum tersebut dan museum tersebut di kelola oleh Yayasan Pendidikan Umum yang didukung oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Museum ini di buka untuk umum pada tanggal 23 Mei 1972, dengan nama Museum Jawa Timur. Setelah itu museum tersebut dikelola oleh Direktorat Permuseuman, namun karena terjadi otonomi daerah maka museum tersebut diserahkan ke pemerintah daerah Provinsi Jawa Timur. Pada tanggal 1 November 1974 museum ini resmi diberi nama Museum Negeri Provinsi Jawa Timur Mpu Tantular yang masih berlokasi di Jalan Pemuda no.3 Surabaya. Karena koleksi yang terus bertambah, museum ini butuh tempat yang lebih luas, maka museum ini berpindah tempat lagi di Jalan Taman Mayangkara no.6 Surabaya. Ternyata tempat museum di Jalan Taman Mayangkara no.6 tidak bisa memenuhi semua koleksi yang terus bertambah dan juga terdapat kegiatan edukatif di museum, maka pada tanggal 14 Mei 2004 Museum Mpu Tantular ini resmi berpindah ke Kabupaten Sidoarjo. Sekarang kurang lebih koleksi yang dimiliki Museum Mpu Tantular ini berjumlah 15.000 dengan sebagian dipamerkan di Museum Negeri Mpu Tantular dan sebagian disimpan di storage. Riwayat koleksi museum ini 40% berasal dari museum yang lama yaitu Stedelijk Historisch Moeseoem Soerabaia. Lalu penambahan koleksinya ada yang melalui hibah atau pemberian secara suka rela, penggandaan, dan imbalan jasa. Untuk memasuki museum ini cukup merogoh kocek sebesar Rp 3.000.
Begitu banyaknya koleksi yang dimiliki Museum Mpu Tantular ini menjadikan beberapa koleksi sebagai daya tarik tersendiri. Ruang Khasanah menjadi salah satu daya tarik museum ini, karena ruangan tersebut berisikan berbagai perhiasan dan peralatan yang terbuat dari emas murni peninggalan sejarah. Di ruangan terebut juga sangat dijaga ketat, terbukti dengan ditutupnya ruangan tersebut dengan jeruji besi dan pintu besi yang mengelilingi ruangan tersebut. Saat dipamerkanpun pintu yang dibuka tidak lebar, hanya selebar satu orang saja. Di tengah ruangan tersebut terdapat Garudeya yang berlapiskan dengan emas 22 karat dan dihiasi 64 batu berlian dan permata. Untuk alasnyapun bukan hanya sekadar lantai biasa namun terdapat karpet merah serta sorot lampu kuning yang menyinari ruangan tersebut.


Memasuki gedung pertama museum tersebut yang memiliki 2 lantai, terdapat koleksi peninggalan prasejarah yang berada di lantai 1 sampai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berada di lantai 2. Awalnya kita akan disambut oleh fosil-fosil hewan dan tengkorak manusia prasejarah. Fosil-fosil tersebut berasal dari berbagai daerah yang berada di kawasan Jawa Timur.


Masuk lebih dalam lagi terdapat neraka yang memiliki motif dipinggirannya. Motif tersebut memiliki arti yang simbolis, namun sayangnya neraka tersebut sudah tidak utuh, ada bagian yang patah dipinggirannya.

Di sebelahnya terdapat bukti-bukti peninggalan teknologi zaman prasejarah, hal tersebut menunjukkan bahwa manusia prasejarah sudah dapat membuat kesenian meski belum adanya alat-alat canggih.

Ruang Khasanahpun berada di lantai 1 ini dekat dengan letak neraka dan bukti peninggalan teknologi orang prasejarah. Selain itu terdapat pula arca dewa-dewa Hindhu di sana. Mata uang terdahulu serta kitab-kitab maupun naskah yang bertuliskan huruf Arab dan Jawa Kuno juga dipamerkan.

Di lantai 1 juga terdapat zona kolonial dan pergerakan kemerdekaan, di zona tersebut dipamerkan replika kapal dagang Insulinde, meriam, serta tanda kehormatan.

Terdapat pula benda-benda ukiran pada zaman dahulu seperti Thuk-thuk atau bisa disebut dengan kentongan yang berasal dari Sumenep, Madura. Thuk-thuk ini memiliki ukuran sangat besar dan berbentuk naga.
Lanjut ke lantai 2 di mana zona ilmu pengetahuan dan teknologi berada. Di ruangan ini cukup lebar dan tidak terlalu terlihat penuh seperti di lantai 1 yang penuh dengan benda peninggalan sejarah. Di lantai 2 ini yang terdapat daya tarik tersendiri yaitu sepeda tinggi yang memiliki 2 buah roda, namun terdapat kesenjangan ukuran yang sangat terlihat. Bentuk sepeda ini sangat unik dan sederhana.
Terdapat pula alat musik dan alat komunikasi, serta alat transportasi pada zaman dahulu yang ditandai dengan revolusi industri abad ke-18.


Namun ada beberapa koleksi yang sudah rusak dan tidak dapat diperagakan, padahal di sana masih tertuliskan koleksi tersebut dapat digunakan. Terdapat juga cermin cekung dan cembung yang sayangnya kurang bersih dan terlihat ada bekas sentuhan jari-jari tangan pengunjung.
Menengok ke gedung yang berada di sebelah, yaitu Galeri Von Faber. Gedung ini juga memiliki 2 lantai dan terhubung dengan gedung pertama tadi. Jalan jembatan yang menghubungkan kedua gedung ini diletakkan beberapa arca.  Di lantai 2 Galeri Von Faber ini memamerkan benda-benda kesenian dari daerah kawasan Jawa Timur, seperti alat musik dan alat tarian. Terdapat angklung Caruk dari Banyuwangi, serta replika kesenian reog-reog yang ada di Jawa Timur.


Di lantai 1 terdapat baju adat tradisional yang ada di Indonesia serta peralatan untuk upacara, dan juga terdapat panggung di tengah-tengah ruangan yang bisa digunakan untuk pertunjukkan.


Kondisi barang-barang di Museum Negeri Mpu Tantular ini masih terjaga meski ada beberapa koleksi yang rusak dan kotor. Penerangan yang kurang untuk setiap gedungnya, sehingga saat memasuki museum terasa gelap, namun untuk setiap koleksi di kaca penerangannya sudah bagus. Memasuki ruangan museum juga terasa panas, karena museum mengandalkan kipas angin dan udara yang berhembus dari ventilasi serta pintu yang dibuka. Museum ini juga memberikan keterangan pada setiap koleksi yang dipamerkan dengan menggunakan 2 bahasa yaitu Bahasa Indonesia dan juga Bahasa Inggris, namun sayangnya keterangan tersebut terlalu kecil dan ada sebagian peletakkannya yang tidak sesuai, sehingga menyulitkan pengunjung untuk membacanya. Seperti keterangan pada Garudeya di ruang Khasanah, karena jarak yang cukup jauh dengan jeruji besi maka pengunjung tidak dapat membaca keterangan tersebut dikarenakan tulisan pada keterangan tersebut terlalu kecil dan pengunjung tidak dapat masuk ke dalam ruang Khasanah. Adapula bagian arca yang ditandai dengan cat berwarah putih meskipun tidak terlalu besar namun tetap mengurangi estetika arca tersebut.
  Beberapa peletakkan benda sejarah yang kurang strategis, ada yang diletakkan di sudut ruangan dan tertutup oleh koleksi lain, sehingga koleki tersebut jarang terjamah oleh mata pengunjung. Di Galeri Von Faber lantai 1 terdapat  kaca pajangan untuk menyimpan koleksi yang tidak ada isinya dan dibiarkan kosong,
selain itu di sudut ruangan juga terdapat ruang yang masih kosong dan berantakan. Selain kekurangan yang ada, pastinya ada kelebihan yang dimiliki museum ini. Museum ini bisa dikatakan luas dan memiliki koleksi benda sejarah yang dipamerkan cukup banyak. Harga yang dipatok juga terjangkau untuk edukasi atau sekadar untuk jalan-jalan menghabiskan waktu sambil belajar. Di depan gedung juga terdapat pendopo yang disediakan oleh pengelola museum. Selain bisa digunakan untuk berkumpul, pendopo tersebut juga bisa digunakan untuk belajar karena terdapat papan tulis di pendopo tersebut.  Ada pula panggung pertunjukkan di Galeri Von Faber yang terdapat layar proyektor yang bisa juga digunakan untuk edukasi. Di luar gedung museum pun masih terdapat banyak arca-arca yang dipamerkan.
Secara umum museum memiliki funsgi untuk mengumpulkan, merawat, dan meletarikan warisan budaya atau benda-benda bersejarah. Namun secara garis besar museum memiliki 2 fungsi, yang pertama yaitu sebagai tempat pelestarian, maka dari itu museum harus menjalankan penyimpanan, perawatan, dan pengamanan benda-benda yang berada di dalamnya. Yang kedua sebagai tempat sumber informasi, museum harus menjalankan kegiatan penelitian dan penyajian. Museum juga bermanfaat untuk menambah pengetahuan masyarakat yang berkunjung dan sebagai sarana edukasi.
Museum Negeri Provinsi Jawa Timur Mpu Tantular secara umum sudah baik, hanya perlu ditingkatkan kebersihan dari koleksi yang dipamerkan dan memanfaatkan ruang dengan sebaik-baiknya. Banyak koleksi yang masih disimpan di storage yang belum dipamerkan, padahal masih ada ruang yang terlihat masih sepi dari koleksi-koleksi benda sejarah, dan masih ada kotak koleksi yang kosong, hal tersebut harusnya masih bisa dimanfaatkan dengan mengisi koleksi yang masih disimpan.

Komentar